Cerita Jadi Minimalis: Zero-Waste


Menjadi minimalis sebenernya mengajarkan gue banyak hal, nggak terkecuali tentang gimana mengelola sampah, karena hal ini juga tanggung jawab kita sebagai manusia. Awal mencari informasi soal minimalis, gue menemukan video tentang istilah zero-waste. It’s unfamiliar at first, terus kaya mikir emang ada orang yang bener-bener nggak menghasilkan sampah? Kenyataan nya nggak semudah itu.

Back to the time when I watched Lauren Singer’s TED talk dimana ia menjelaskan tentang gaya hidup zero waste, ia berusaha untuk tidak menghasilkan sampah dalam hidupnya. Well, nggak 100% applicable, karena kenyataannya dia masih memiliki setoples sampah yang ternyata nggak bisa dia daur ulang dalam 3 tahun terakhir. Gue pas pertama nonton be lyke, seriously?


Lumayan menantang, karena harus ada effort lebih daripada biasanya. Plastik atau single-use product emang bikin kita kelewat nyaman sampai nggak sadar kalau bumi terkena dampaknya dan doi nggak baik-baik aja lho sebenernya. When I write this, gue sadar climate change itu beneran di depan mata. Super panas ketika kemarau, musim hujan yang lebat nya langsung bikin sakit diawal tahun. Pergeseran jadwal cuaca aja udah beda banget kan. Kamu pasti relate deh dulu kita udah biasa kalau bulannya berakhir -ber (September, October, November, December) itu harus siaga punya payung atau jas hujan. Sekarang? Nggak bisa diprediksi.

Apa kabar orang-orang BMKG?

Nah karena masalah ini juga kali ya bikin gue berpikir untuk setidaknya bisa memulai dari hal kecil, hal remeh, tapi kalau diaplikasikan terus menerus, bisa ikut membantu perubahan. Personally, buat gue zero waste itu cukup ekstrim karena dalam sehari-hari mereka bener-bener hampir bahkan meminimalisir sebisa mungkin sampah yang ia produksi. They’re good, tapi kayanya gue belum bisa untuk sampai kesana.

Awalnya ikutan antusias gitu pas tahu gaya hidup ini, sempat ikutan hype juga beli alumunium straw yang berakhir nggak dipakai karena gue juga jarang ngopi-ngopi cantik, lol. Beli sabun batang dari bahan natural, pakai sikat gigi bambu, dan beberapa produk coba gue alihkan ke produk yang ramah lingkungan. Ada yang bertahan dilakukan sampai sekarang, ada yang nggak. Well this lifestyle nggak terlalu berhasil di gue.

So instead having zero waste lifestyle, I make my own called: less waste. Nggak banyak sih, so far gue selalu membawa 3 item wajib di tas gue kalau pergi seharian: botol minum, tas belanja, dan cultery. Dengan membawa 3 barang ini aja, ada banyak perubahan yang bisa gue berikan. Nggak perlu beli atau menerima air mineral, menolak penggunaan plastik dan tote bag baru (ini masalah baru juga karena tote bag jadi menjamur), dan cultery buat makan diluar.

Kalau kamu gimana, udah mengurangi kebiasaan membuang sampah (sembarangan) nggak?

2 comments

  1. Sempat ikutan beli reusable straw juga, tapi nggak berhasil untukku 😂. Selain karena ribet cucinya kalau habis pakai, kadang suka lupa bawa juga, alhasil lebih sering kokop minuman, jauh lebih praktis 😂. Itulah alasan kenapa dari awal aku juga nggak berani mengklaim diri sebagai zero waste, lebih sreg dengan istilah less waste hahaha.
    Salah satu yang masih aku pertahankan sampai hari ini adalah pemakaian reusable pads. Ini works banget buatku dan jauh lebih nyaman dibanding pakai pads konvensional 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah samaan li reusable straw ku juga akhirnya nggak terpakai karena males nyucinya. Aku masih maju mundur untuk pakai reusable pads karena size nya terbatas, tapi sepertinya lebih baik pakai reusable ya karena sampah pads konvensional tuh banyak setiap datang bulan.

      Delete

A Journal and Tea